Prinsip-Prinsip Aqidah

PRINSIP-PRINSIP AL AQIDAH  AL SHAHIHAH
Ahlus Sunnah wa Al Jama’ah
diambil dari sini

 
Pendahuluan           

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ  [المائدة/54]
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِيْنَ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ وَلاَ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
Dikeluarkan oleh  Imam Al Bukhari 4/ 3641, 7460, dan Imam Muslim 5/ juz : 13, hal: 65-67, pada syarah Imam Nawawi.





Al-firqatun Najiyah adalah Ahlus sunnah wal jama’ah

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا  [آل عمران/103]
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ
Dikeluarkan oleh Abu Dawud: 5/4607 dan tirmidzi: 5/2676 dan dia berkata hadits ini hasan shahih, juga oleh Imam Ahmad: 4/ 126-127, dan Ibnu Majah : 1/ 43.

افْتَرَقَتِ الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى اثْنَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً وَسَتَفْتَرِقُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً كُلّهَا فِيْ النَّارِ إِلاَّ وَاحِدَة. قُلْنَا: مَنْ هِيَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: مَنْ كَانَ عَلَى مِثْلِ مَا أَنَا عَلَيْهِ الْيَوْمَ وَأَصْحَابِيْ
“Telah berpecah kaum Yahudi menjadi tujuh puluh satu galongan, dan telah berpecah kaum Nashrani menjadi tujuh puluh dua golongan, sedang umatku akan berpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, semuanya akan masuk neraka kecuali satu. Maka kamipun bertanya siapakah yang satu itu, wahai Rasulullah? beliau menjawab: yaitu barangsiapa yang berada pada yang aku dan para shahabatku jalani ini” 
Diriwayatkan oleh Tirmidzi: 5/ 2641, dan Al Hakim dalam mustadraknya: 1/ 128-129, dan Al Ajuri dalam Asy Syari’ah : 16, dan Imam Al Lalikaai dalam syarah ushul I’tiqaad Ahlis sunnah Wal jamaah: 1/ 145-147.

Nama-nama al firqatun najiyah dan  maknanya         

Di antara nama-namanya adalah: Al-firqatun Najiyah (golongan yang selamat); Ath thaaifatul Manshurah (golongan yang ditolong) dan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, yang artinya adalah sebagai berikut:
golongan yang selamat dari api neraka
kelompok yang tetap berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As Sunnah dan apa-apa yang dipegang oleh assabiqunal awwalun
menganut paham Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
ditolong Allah sampai hari kiamat, karena gigihnya mereka dalam menolong agama Allah


PRINSIP-PRINSIP AHLUS SUNAH WAL JAMA'AH

Prinsip pertama
Beriman kepada Allah (Rububiyah, Uluhiyah dan Asma’ serta sifat-nya), para malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul- rasul-Nya, Hari Akhir dan Taqdir baik dan buruknya.
Ini merupakan Ushulul iman (dasar-dasar keimanan)
وكل ما سمعت من الآثار شيئا مما لم يبلغه عقلك..... فعليك بالتسليم والتصديق والتفويض والرضا ولا تفسر شيئا من هذه بهواك )شرح السنة - البربهاري - (ج 1 / ص 32) (
Prinsip kedua:

 “Bahwasanya iman itu perkataan, perbuatan, dan keyakinan yang bisa bertambah dengan ketaatan dan bisa berkurang dengan kemaksiatan, maka iman itu bukan hanya perkataan dan perbuatan tanpa keyakinan sebab yang demikian itu merupakan keimanan kaum munafiq, dan bukan pula iman itu hanya sekedar ma’rifah (pengetahuan) dan meyakini tanpa ikrar dan amal”.
...والإيمان بأن الإيمان قول وعمل ونية يزيد وينقص يزيد ما شاء الله وينقص حتى لا يبقى منه شيء ) - ...شرح السنة - البربهاري - (ج 1 / 27)
Prinsip ketiga:

Bahwasanya mereka tidak mengkafirkan seseorang dari kaum muslimin kecuali apabila dia melakukan perbuatan yang membatalkan keislamannya.
Adapun perbuatan dosa besar selain kemusyrikan dan tidak ada dalil yang menghukumi pelakunya sebagai kafir, misalnya meninggalkan shalat karena malas, maka pelaku (dosa tersebut) tidak dihukumi kafir akan tetapi dihukumi fasiq dan imannya tidak sempurna.
Apabila ia mati sedang dia belum bertaubat maka dia berada dalam kehendak Allah. Jika Allah berkehendak Ia akan mengampuninya dan jika Allah berkehendak lain, Allah akan mengazdabnya, namun ia tidak kekal di neraka.

Prinsip keempat:

Wajib taat kepada pemimpin kaum muslimin selama mereka tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat. Apabila mereka memerintahkan berbuat maksiat di kala itu kita dilarang untuk mentaatinya namun tetap wajib taat dalam kebenaran lainnya
والسمع والطاعة للأئمة فيما يحب الله ويرضى.... لا يحل لأحد أن يبيت ليلة ولا يرى أن ليس عليه إمام برا كان أو فاجرا -) شرح السنة - البربهاري - (ج 1 / ص 28)


Demikian pula keharusan shalat dan berjihad bersama para pemimpin dan menasehati serta mendoakan mereka untuk kebaikan dan keistiqamahan.

وإذا رأيت الرجل يدعو على السلطان فاعلم أنه صاحب هوى وإذا سمعت الرجل يدعو للسلطان بالصلاح فاعلم أنه صاحب سنة إن شاء الله يقول فضيل بن عياض لو كان لي دعوة مستجابة ما جعلتها الا في السلطان ) - شرح السنة - البربهاري - (ج 1 / ص 51)(

Prinsip kelima:

Haramnya memberontak terhadap pimpinan kaum muslimin apabila melakukan hal-hal yang menyimpang, selama hal tersebut tidak termasuk amalan kufur.
Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah tentang wajibnya taat kepada mereka dalam hal-hal yang bukan maksiat dan selama belum tampak pada mereka kekafiran yang jelas.
Berbeda dengan Mu’tazilah yang mewajibkan keluar dari kepemimpinam para imam pemimpin yang melakukan dosa besar walaupun belum termasuk amalan kufur, dan mereka memandang amalan tersebut sebagai amar ma’ruf nahi mungkar.

شرح السنة - البربهاري - (ج 1 / ص 29)
ولا يحل قتال السلطان ولا الخروج عليه وإن جار وذلك لقول رسول الله صلى الله عليه و سلم لأبي ذر الغفاري اصبر وإن كان عبدا حبشيا وقوله للأنصار اصبروا حتى تلقوني على الحوض وليس من السنة قتال السلطان فإن فيه فساد الدنيا والدين
Prinsip keenam:

Bersihnya hati dan mulut mereka terhadap para sahabat Rasul, sebagaimana hal ini telah digambarkan oleh Allah ketika mengkisahkan sahabat Muhajirin dan Anshar dan pujian-pujian terhadap mereka.
Berbeda dengan sikap ahlul bid’ah baik dari kalangan Rafidhah maupun Khawarij yang mencela dan meremehkan keutamaan para sahabat.
Barangsiapa yang mencela salah satu  di antara mereka, maka dia telah tersesat , karena bertentangan dengan nash dan ijma’ atas kekhalifahan mereka dalan urutan seperti ini.
« لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِى فَوَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِى الصَّحِيحِ


Prinsip ketujuh:

Mencintai ahlul bait sesuai wasiat Rasulullah.
Pada dasarnya ahlul bait itu adalah saudara-saudara dekat Nabi dan yang dimaksudkan di sini khususnya adalah yang shaleh di antara mereka.
Mereka mempunyai hak atas kita berupa penghormatan, cinta dan penghargaan, namun kita tidak boleh berlebih-lebihan. Seperti mendekatkan diri dengan suatu ibadah kepada mereka.
Adapun keyakinan bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memberi manfaat atau mudharat selain dari Allah adalah bathil.
Firman Allah
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ إِنْ أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ

“Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak memiliki manfaat atau mudharat atas diriku kecuali apa-apa yang dikehendaki oleh Allah, kalaulah aku mengetahui yang ghaib sungguh aku akan perbanyak berbuat baik dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan". (Al A’raf: 188).

Prinsip kedelapan:

Membenarkan adanya karamah para wali, yaitu apa-apa yang Allah perlihatkan melalui tangan-tangan sebagian mereka berupa hal-hal yang luar biasa sebagai penghormatan kepada mereka sebagaimana hal tersebut telah ditunjukkan dalam Al Qur’an dan As Sunnah.
Karamah adalah kejadian luar biasa  yang diperlihatkan Allah kepada para hamba-Nya yang shaleh.
Sihir adalah keluar-biasaan yang biasa diperlihatkan para tukang sihir dari orang-orang kafir dengan maksud untuk menyesatkan manusia.
Karamah bersumber pada ketaatan, sedang sihir bersumber pada kekafiran dan kemaksiatan.

Prinsip kesembilan:

Dalam berdalil selalu mengikuti apa-apa yang datang dari Kitab Allah dan Sunnah Rasulullah baik secara lahir maupun batin dan mengikuti apa-apa yang dijalankan oleh para sahabat dari kaum Muhajirin maupun Anshar pada umumnya dan khususnya mengikuti Khulafaurrasyidin sebagaimana wasiat Rasulullah dalam sabdanya:
( عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ )
“Berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku, dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk”

Ahlus Sunnah tidak meyakini adanya kema’suman (terpelihara dari berbuat dosa) seseorang selain Rasulullah dan mereka tidak berta’assub (fanatik) pada suatu pendapat sampai pendapat tersebut bersesuaian dengan  Al Kitab dan As Sunnah.
Mereka meyakini bahwa mujtahid itu bisa salah dan benar dalam ijtihadnya. Dan tidak boleh berijtihad sembarangan kecuali mereka yang telah memenuhi persyaratan tertentu menurut ahlul ‘ilmi.
 
Akhirnya
Kita memohon kepada Allah agar berkenan menjadikan kita semua bagian dari mereka dan tidak menjadikan hati kita condong kepada kekafiran setelah diberi petunjuk (hidayah-Nya) dan semoga shalawat  serta salam terlimpah kepada  Nabi kita Muhammad, keluarganya beserta sahabat-sahabatnya. Amin, ya Rabbal ‘Alamin.

Disampaikan oleh : Ustadz Agus Efendi, M.Ag.
Saat Kajian Al Islam Asatidz Ma'had Al-Mu'min Muhammadiyah Tembarak Temanggung, 31/03/2012
Ust. Agus Efendi, M.Ag. merupakan salah satu alumni MA Al-Mu'min Muhammadiyah Tembarak Temanggung tahun 1993

Tidak ada komentar:

Posting Komentar